Masyarakat

          SOSIOKULTUR MASYARAKAT DESA BANGET



Masyarakat Desa Banget Kecamatan Kaliwungu Kabupaten termasuk masyarakat yang religius. Secara umum demikian masyarakat Kabupaten Kudus pada umumnya. Kegiatan keseharian masyarakat bersifat religious baik dari tindakan hingga pola pakaian pada saat-saat tertentu. Pada saat kegiatan yang berlangsung di Masjid merupakan hal yang aneh jika kita tidak memakai peci atau atribut semacamnya mengingat warga yang mengenakan pakainan koko dengan berpeci sebagai atributnya.

Pemerintah senantiasa memberdayakan masyarakat Desa Banget. Pemberdayaan masyarakat desa dapat dilakukan oleh pemerintah, swasta, dan terutama mereka yang disebut umat beragama. Dan yang paling utama dalam kerangka itu adalah upaya pendidikan. Di dalamnya menyangkut perbaikkan dan peningkatkan sarana dan prasarana sekolah dari jejang rendah sampai menengah; dan memperkenalkan pola pengelolaan pertanian dan peternakan yang berbasis teknologi tinggi dan tepat guna.
Sejak pemerintahan Orde Baru sampai sekarang, gonjang-ganjing mengenai peningkatan taraf hidup petani di pedesaan selalu mengalami dinamika. Apapun kebijakan pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup petani, seringkali menuai kritikan dan kontroversi dari berbagai pihak. Banyak kalangan yang mengatakan petani sebagai "wong cilik" yang kehidupannya semakin tertindas dan harus menjadi tumbal atas kebijakan  perekonomian pemerintah. Kita lihat kembali bagaimana kebijakan penentuan harga dasar gabah, pengurangan subsidi pupuk, mahalnya harga bahan bakar dan baru-baru ini kebijakan import yang dirasa tidak berpihak pada kepentingan dan kesejahteraan petani.

Disisi lain, pembangunan nasional juga menciptakan kesenjangan antara desa dan kota. Banyak peneliti yang sudah membuktikan bahwa pembangunan semakin memperbesar jurang antara kota dan desa. Sangat disadari, negara berkembang seperti Indonesia mengkonsentrasikan pembangunan ekonomi pada sektor industri yang membutuhkan investasi yang mahal untuk mengejar pertumbuhan. Akibatnya sektor lain seperti  sektor pertanian dikorbankan yang akhirnya pembangunan hanya terpusat di kota-kota.   Hal ini juga sesuai dengan hipotesa Kuznets, bahwa pada tahap pertumbuhan awal pertumbuhan diikuti dengan pemerataan yang buruk dan setelah masuk pada tahap pertumbuhan lanjut pemerataan semakin membaik. (Todaro, 2000) Faktor-faktor yang mempengaruhi kesenjangan tersebut antara lain karena perbedaan pendidikan, ketersediaan lapangan pekerjaan, infrastruktur investasi, dan kebijakan (Arndt, 1988).